Priyo Minta Pemerintah Periksa Keterkaitan Ponpes Az Zaytun dengan NII
DPR RI tidak dalam posisi meminta menutup atau membuka Pondok Pesantren Az Zaytun di Indramayu, Jawa Barat karena sampai saat ini belum ada hasil pemeriksaan negara terhadap dugaan keterkaitan dengan organisasi NII (Negara Islam Indonesia). Pernyataan ini disampaikan Priyo Budi Santoso, Wakil Ketua DPR saat bicara dalam acara diskusi Dialektika Demokrasi dengan topik ‘Menyoroti Maraknya Radikalisme’ di ruang wartawan Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (5/5/11).
“Pemerintah perlu meneliti, menelisik, memeriksa, menuntaskan apa NII terkait dengan pesantren Az Zaytun. Kalau ternyata tidak ada kaitan umumkan, clearkan. Apabila ada kaitan umumkan pula dan kemudian minta tindakan hukum untuk memberi kepastian dan rasa nyaman masyarakat luas,” kata Priyo.
Sejauh ini peran yang dapat dikerjakan DPR menurutnya meminta aparat pro aktif melakukan pemeriksaan. Sementara proses itu berlangsung ia menghimbau segenap pihak tidak serta merta menarik kesimpulan Az Zaytun berarti NII. Fakta lapangan yang sejauh ini didapatnya adalah banyak alumni pesantren tersebut berkelakuan baik, tidak seperti kader NII yang menganggap umat muslim lain adalah kafir.
Politisi Partai Golkar ini membantah kalau partainya kecolongan karena ada kader memiliki latar belakang NII. Priyo menekankan sejak awal Golkar tegas pada platform sesuai ideologi negara, Pancasila. “Apabila ada yang menyusup dipastikan tidak akan bertahan lama dan akan mental dari partai,” tandasnya.
Sementara itu bicara dalam diskusi yang sama mantan menteri NII, Imam Supriyanto memaparkan Pondok Pesantren Az Zaytun berkaitan dengan keberadaan organisasi NII. Panji Gumilang sebagai pimpinan ponpes pasca reformasi memang ingin berkonsentrasi membangun sektor pendidikan. Namun pada tahun 2004 niat itu berubah, ia mulai membangun jaringan NII di partai politik dan beragam kelompok masyarakat lain seperti, mahasiswa, artis dan PNS.
“Kondisi sekarang ada kaitannya dengan kebangkitan Tentara Islam Indonesia yang dulu pernah didirikan oleh Kartosuwiryo,” jelas Iman. Kader muda NII menurutnya telah aktif melakukan latihan militer dan mencari dukungan dana dari luar negeri. Upaya menghimpun dana dari dalam negeri juga dilakukan dengan berbagai cara termasuk dengan mencuri, seperti yang pernah dilakukannya. Dana yang berhasil dihimpun diantaranya disimpan di Bank Century, Mandiri serta Kesawan.
Mantan menteri peningkatan produksi NII ini mengaku terpanggil untuk membeberkan keberadaan organisasi yang pernah dipimpinnya karena tersentuh dengan informasi banyaknya orang tua yang kehilangan anak. “Saya buka semua karena nurani saya terpanggil, banyak orang tua kehilangan anak karena direkrut NII,” imbuhnya. Imam berharap pihak kepolisian dapat segera menangkap tokoh sentral NII, Panji Gumilang untuk menghentikan pergerakan organisasi ini. (iky)